Jumat, 26 Maret 2010, 19:07 WIB
MAKASSAR--Kaukus Budayawan Nahdlatul Ulama (NU) menyatakan tak satupun visi dan misi dari tujuh kandidat ketua umum pada Muktamar ke-32 di Makassar, yang memiliki pertimbangan kebudayaan. Padahal, kata aktivis kaukus Ngatawi Al-Zastrouw di Makassar, Aguk Irawan, Jumat, NU sejak semula merupakan gerakan kebudayaan yang berbasis tradisi pesantren yang sangat panjang. "Muktamar hanya dijejali kepentingan praktis, persaingan dan egoisme yang berawal dari keinginan politik. Itu sama sekali tak berbudaya," ujarnya.
Sehingga tak mengherankan jika pada sosok pendiri NU, kebudayaan dikedepankan daripada sekadar pertimbangan dan langkah politik semata yang dikenal dengan nama politik kebudayaan. Fakta ini perlu ditegaskan karena gerakan kebudayaan NU belakangan hanya berupa retorika, sehingga NU sebagai jam'iyah semakin asing dari warganya sendiri.
Menurutnya, lahirnya komite hijaz, resolusi jihad, pendirian Badan otonomi (banom) Lesbumi, rumusan kembali ke khittah 1926 dan penerimaan Pancasila sebagai asas bernegara merupakan langkah-langkah yang diambil para pengurus NU masa lalu berdasar pertimbangan kebudayaan. "Oleh karena itu, kepada calon Ketua NU, para pendukung dan semua warga nahdliyin, kami mengimbau agar kembali ke kebudayaan," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment