Slamet Effendi Yusuf Siap Modernisasi NU

Monday, March 22, 2010

Kawiyan
Slamet Effendi
(inilah.com)

INILAH.COM, Jakarta - Para kandidat Ketua Umum PBNU siap bertarung di Muktamar ke-32 di Makassar, Sulawesi Selatan. Salah satu kandidat yang siap bersaing adalah Slamet Effendi Yusuf.

Slamet bukan orang baru di organisasi besar Nahdlatul Ulama (NU) itu. Ia pernah menjabat Ketua Umum Gerakan Pemoda Ansor (GP Ansor) selama dua periode. Aktivitas organisasinya di NU dimulai sejak ia masih di desanya, di Purwokerto, Jawa Tengah.

Saat kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Slamet dipercaya memimpin Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ketua Dewan Mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga.

Sebelum kembali aktif di NU, Slamet lebih dikenal sebagai politisi Partai Golkar.

Di 1988, ia sudah dipercaya sebagai anggota MPR RI dari Golkar. Setelah itu, selama dua periode ia menjadi anggota DPR dari partai berlambang pohon beringin itu bahkan sempat menjadi salah satu Ketua DPP. Berikut petikan wawancara INILAH.COM dengan salah satu kandidat Ketua Umum PBNU itu.

Sudah siap maju ke Muktamar?

Oh siap.

Dari mana saja dukungan yang akan Anda perolah?

Insya Allah dari banyak daerah: Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Jika Anda terpilih apakah akan mengakomodasi calon-calon lain dalam kepengurusan PBNU?

Mereka yang mencalonkan sebagai Ketua Umum PBNU itu orang bagus dan orang pintar. Jadi, pasti saya akomodasi dalam kepengurusan jika saya terpilih nanti. Ini untuk kebesaran NU.

Apa sih program yang akan Anda tawarkan dalam muktamar nanti?

Sebagai kandidat Ketua Umum PBNU, saya sudah menyiapkan beberapa program unggulan. Misalnya, program penguatan wawasan NU. Islam NU kan Islam yang memberikan sumbangan bagi pemikiran kebangsaan yang teguh. Juga melahirkan patriotisme sikap orularisle yang terima keanekaragaman.

Saya juga akan melakukan penguatan NU melalui modernisasi organisasi. NU itu memiliki kekuatan yang luar biasa dengan puluhan juta anggotanya. NU memiliki 15 lembaga dan 10 badan otonom, sejumlah badan lajtnah, serta memiliki struktur organisasi dari pusat sampai tingkat desa. Ini perlu dimodernisasikan agar kerja organisasi NU bisa optimal, tidak dikelola sekadarnya.

Saya akan membenahi lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola NU dengan meningkatkan kuantitas dan kualitasnya. Saya terus terang merasa iri, NU yang merupakan organisasi besar tidak punya universitas yang representatif. Karena itu, kalau saya terpilih jadi ketua umum, saya akan mendirikan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) di sejumlah kota di Indonesia.

Selain itu, saya juga akan melakukan peningkatan pelayanan sosial, khususnya kepada warga NU di bidang kesehatan dengan membangun Puskesmas dan rumah sakit. Insya Allah untuk semua itu saya sudah menyiapkan blue print-nya.

Program lain yang ingin saya lakukan adalah membangun jaringan antar warga NU yang berada di legislatif, eksekutif, yudikatif, dan swasta sehingga terbangun jaringan yang efektif untuk membangun NU.

Apakah program-program yang Anda sebutkan tadi tidak tergarap dengan baik?

Ya kurang tergarap dengan baik. Padahal, potensi warga NU besar sekali kalau dikelola dengan baik.

Bagaimana dengan keinginan sementara kalangan PKB agar muktamar nanti membahas konflik yang terjadi di PKB?

Kalau PKB sudah ada pengurusnya. Mereka sudah dewasa sehingga konflik yang ada di tubuh PKB tidak usah dibahas di Muktamar NU.

Bukankah ada harapan agar PBNU juga ikut membantu memecahkan konflik PKB?

Kalau NU ikut mengurusi konflik PKB itu namanya intervensi. PBNU tidak mau intervensi. NU saja masih tertatih-tatih mengurus dirinya sendiri.

Jadi kesannya PBNU lepas tangan atas konflik yang terjadi di PKB. Padahal, yang melahirkan PBNU yang melahirkan PKB?

PKB bukan dideklarasikan oleh PBNU. PKB dideklarasikan oleh sejumlah orang-orang PBNU yang tidak bisa disebut sebagai PBNU. PBNU sebagai organisasi tak terlibat. [mdr]

0 comments:

Post a Comment

banner125125 d'famous_125x125 ads_box ads_box ads_box