NU Butuh Pemimpin Muda?

Monday, March 22, 2010
Tahun 1984, sejumlah anak muda NU mengambil alih pimpinan di bawah komando Gus Dur
SELASA, 23 MARET 2010, 10:00 WIB
Arfi Bambani Amri
Yenny Wahid dan Hasyim Muzadi (Antara/ Ismar Patrizki)

VIVAnews - Setiap suksesi atau pergantian kepemimpinan selalu memunculkan wacana mengenai kepemimpinan muda. Di NU hal yang sama juga terjadi.

Anak muda dinilai bisa ikut tampil dalam bursa kepemimpinan Nahdlatul Ulama (NU). Apalagi dalam sejarahnya anak mudalah yang berhasil memimpin dan sering memiliki inisiatif dan potensi untuk membesarkan organisasi.

Tokoh NU yang juga Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri menilai anak muda bisa memimpin NU ke depan. Sebab mereka memiliki pandangan jauh ke depan.

“Saya mengatakan anak muda yang harus tampil, harus ingat, umur berapa KH Wahid Hasyim, dan yang lain semua di umur dua puluhan,” ujarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibien Rembang ini mengatakan pandangan bahwa yang tua tidak memberi kesempatan pada yang muda harus dihapus. Dia juga meminta anak muda berani tampil ke depan dan tidak harus menunggu yang tua.

“Anak muda harus tampil jangan sampai yang muda juga menyodorkan yang tua, itu menutup kesempatan mereka sendiri,” ujarnya.

Mustofa mengatakan anak muda perlu diberi peluang. Dia melihat usulan pembatasan periode kepemimpinan maksimal dua kali bisa menjadi pintu regenerasi

Tokoh NU lainnya KH Said Hudairy mengatakan dulu saat organisasi NU tidak terurus dan kepemimpinan mandek, anak muda yang tampil membenahi. “Saat itu anak muda seperti Sahal Mahfudz, Gus Dur, Mustofa Bisri, dan lain-lain merasa prihatin dan tampil membenahi,” kata Said, di Jakarta, kemarin.

Said yang juga termasuk salah satu dari mereka menceritakan saat itu elit dan pengurus NU tidak peduli lagi dengan organisasi. Mereka sibuk berpolitik dan mengamankan kursi di Senayan.

Akhirnya anak muda ini yang mengambil kepemimpinan dan membenahi organisasi. Mereka juga kemudian menyusun maklumat kembali ke khittah di tahun 1984. “Kami yang tergabung dengan tim tujuh menyusun pokok-pokok kembali ke khitah,” ujarnya.

Dalam Muktamar kemudian juga dilakukan penyegaran kepemimpinan. Sebab ketua umum PBNU KH Idham Cholid kala itu sudah lama tidak diganti-ganti. Akhirnya dibentuk formatur yang memilih Gus Dur jadi ketua umum. “Kalau tidak, dipilih langsung Kiai Idham bisa terpilih lagi,” ungkapnya.

Said mengatakan persoalan yang sama saat ini mulai tampak lagi. Karena itu dia menilai pembenahan perlu dilakukan dalam muktamar mendatang agar NU semakin baik ke depan.

Hasyim Muzadi juga mendukung hal itu. Dia mengatakan memimpin NU bukan soal tua atau muda. “Silakan saja maju, kalau punya potensi dan kapabilitas tidak masalah berapapun umurnya,” ujar Hasyim.

Dia mengatakan pemimpin NU hanya perlu memiliki kapasitas untuk memimpin organisasi terbesar di Indonesia itu. Orang yang mampu melakukan itu adalah orang yang memiliki kapabilitas, bukan dilihat dari usianya. Apalagi pemimpin Nu selama ini juga berasal dari kaum muda.

“Pak Idham dulu muda, Wahid Hasyim juga muda, Gus Dur juga relatif muda, dan saya saat terpilih dulu juga tidak setua sekarang. Jadi selama ini yang memimpin NU ya anak muda,” katanya.

Jadi, apakah Muktamar di Makassar mulai Senin 22 Maret 2010 menjadi momentum yang muda yang memimpin NU? Tunggu saja.

Laporan Dian Widiyanarko

0 comments:

Post a Comment

banner125125 d'famous_125x125 ads_box ads_box ads_box