Jabatan Rois Am Suriah NU Jangan Diperdebatkan

Monday, March 22, 2010

SURYALAYA,(GM)-
Menjelang Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Makassar pada 23-28 Maret 2010, Ketua Gerakan Pemuda Ansor Jabar, H. Komaruddin Thaher berharap agar muktamirin dan kaum nahdliyin tidak memperdebatkan jabatan Rois Am Suriah NU.

Selama K.H. Sahal Mahfudz bersedia menjadi Rois Am NU, hendaknya jabatan itu diberikan kepada yang bersangkutan. "Kita menghormati integritas dan dedikasi K.H. Sahal Mahfudz terhadap NU," kata Komaruddin Thaher, Senin (22/3).

Ia menjelaskan, integritas dan dedikasi K.H. Sahal Mahfud terhadap NU sudah tidak diragukan lagi. Siapa pun mengenal integritas dan pengabdian Sahal Mahfud terhadap organisasi ini. Karena itu, hendaknya semua pihak memberikan dulu kesempatan kepada kiai kharismatik itu.

Untuk itu, katanya, segala wacana tentang calon Rois Am NU dalam Muktamar ke-23 di Makassar ini hendaknya tidak diperpanjang. Perdebatan siapa yang layak memimpin lembaga suriah NU ini tidak usah berkembang dan cukup dengan memberikan suara kepada K.H Sahal Mahfudz. "Untuk hal ini saya kira sepakat," kata Komaruddin Thaher lagi.

Dikatakan, kalau untuk ketua tanfidziah, memang saat ini berkembang sejumlah nama. Hal ini sangat wajar karena Ketua PBNU sebelumnya K.H. Hasyim Muzadi, telah menjabat selama dua periode. Saat ini paling tidak beredar sejumlah nama kandidat Ketua Umum PBNU, seperti K.H. Said Agiel Siradj, K.H. Solahudin Wahid, Masdar F. Masudi, K.H. Ahmad Bagja, dan Slamet Effendi Yusuf.

Terlepas dari persoalan siapa yang terpilih, sejumlah catatan yang harus tegaskan dalam Muktamar NU kali ini. Persoalan tersebut adalah ketegasan NU terhadap khitah 1926. Dikatakan, godaan politik terhadap NU sangat besar dalam situasi nasional saat ini sehingga ketegasan akan komitmen tersebut perlu diintrospeksi kembali.

Tentang khitah NU 1926 ini juga ditekankan pengurus GP Ansor Pusat, Endang Sobirin. Dikatakan, sepeninggal K.H. Abdurrahman Wahid, kembali ke khitah 1926 ini menjadi tantangan yang sangat berat. Padahal saluran politik warga nahdliyin saat ini sudah jelas, yakni kepada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

"Kita tinggal memilih saja, kalau mau ambil garis politik silakan ke partai yang berlandaskan nahdliyin seperti PKB. Kalau untuk mengembangkan dan membesarkan umat, ya NU-lah tempatnya," katanya. (B.83)**

0 comments:

Post a Comment

banner125125 d'famous_125x125 ads_box ads_box ads_box