NU Santri vs NU Politisi

Saturday, March 27, 2010
Sabtu, 27 Maret 2010 | 03:08 WITA

ISTILAH NU santri dan NU politisi mengemuka di arena Muktamar Ke-32 Nahdlatul Ulama (NU) di Asrama Haji Sudiang, Makassar dalam dua hari terakhir.

Istilah tersebut muncul untuk membedakan peserta muktamar yang murni berasal dari pengurus wilayah/cabang dengan para Nahdliyin yang kini sudah tersebar di partai-partai politik.
Sejumlah peserta muktamar yang berasal dari kalangan politisi memilih tinggal di hotel-hotel berbintang yang ada di Makassar. Mereka hanya sesekali ke arena muktamar yang berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Makassar.
Sedangkan kalangan NU santri lebih banyak di arena muktamar dan tinggal di sekitar asrama haji. Paling jauh, mereka menginap di beberapa hotel kelas melati yang ada di sekitar Mandai, Maros.
Sejumlah NU politisi kini menduduki posisi penting di parpol, terutama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kelahirannya dibidani sejumlah elite PBNU.
Bahkan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar kini mengisi pos menteri transmigrasi dan tenaga kerja. NU politisi lainnya yang juga mengisi kursi menteri adalah Suryadharma Ali. Ketua Umum DPP PPP ini menjabat menteri agama.
Refleksi-Karaoke
Dari pantauan Tribun, sejumlah NU politisi yang sebagian besar adalah anggota DPR RI tinggal di hotel-hotel berbintang secara berkelompok.
Mereka ikut menjadi tim sukses kandidat Rais Aam Dewan Syuriah dan Dewan Tanfidziyah. Para NU politisi ini pula yang mengerahkan sejumlah mobil mewah ke arena muktamar, termasuk untuk keperluan transportasi kiai sepuh.
Para NU politisi ini biasanya mengisi kepenatan selama muktamar dengan relaksasi di tempat refleksi atau di bernyanyi di karaoke.
Sarungan
Bagaimana dengan NU santri? Mereka masih tampil dengan gaya sarungan khas pesantren, termasuk ketika datang ke pusat Kota Makassar untuk membeli cenderamata.
Maka pemandangan orang-orang bersarung sempat mewarnai kawasan pusat perbelanjaan oleh-oleh di Jl Somba Opu dan pusat perbelanjaan lainnya.
Bila sedang calek, mereka memilih beristirahat sejenak di kamar-kamar yang ada di arena muktamar atau dipijit oleh tukang pijit yang memberikan jasa di asrama haji.
Seorang peserta dari PWNU Jawa Timur mengatakan, dia datang ke Makassar hanya membawa dua lembar calana dan 10 lembar sarung. "Ciri khas NU ya, sarungan seperti ini," kata peserta yang mengaku salah satu pengurus di PWNU Jatim.(cr7/firmansyah)

0 comments:

Post a Comment

banner125125 d'famous_125x125 ads_box ads_box ads_box