Makassar (ANTARA News) - Intervensi pihak luar terhadap Muktamar NU ke-32, terutama dalam pemilihan rais aam dan ketua umum PBNU, mulai terasa, demikian Ketua PBNU KH Masdar Farid Masudi dan mantan Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidlowi kepada wartawan di Makassar, Rabu.

"Saya sendiri tidak mengamati persis. Tetapi banyak yang membaca demikian," kata Masdar yang juga salah satu kandidat Ketua Umum PBNU.

Masdar tidak menyangkal ada intervensi dari luar, termasuk pemerintah, namun dia menegaskan jika intervensi itu berhasil maka yang paling salah adalah orang NU sendiri karena mau diintervensi.

"Intervensi pemerintah tak salah. Yang salah orang NU karena mau diintervensi," kata Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) ini.

Meski demikian Masdar mengingatkan pihak luar untuk tidak mengintervensi NU karena yang rugi bukan hanya NU, tetapi juga bangsa Indonesia.

"Bangsa ini justru akan memperoleh manfaat jika NU dibiarkan otonom sebagai penjaga moral. NU itu intitusionalisasi ulama yang independen, kalau diintervensi kekuasaan akan hancur dua-duanya," tegasnya.

Pernyataan mengenai kemungkinan intervensi ini dinyatakan lebih keras oleh Masduki Baidlowi yang menyamakan muktamar kali ini dengan Muktamar Cipasung 1994.

"Sangat kuat intervensi pihak luar untuk mengacak-acak organisasi NU. Caranya, pihak luar itu menuduh seakan-akan pengurus PBNU sekarang ini dalam bekerja dan bertindak tidak menggunakan prinsip-prinsip khittah," katanya.

Menurutnya, tuduhan itu dihembuskan untuk memengaruhi pengurus cabang dan wilayah yang mempunyai hak suara saat pemilihan nanti dan dilancarkan melalui jalur birokrasi dan partai politik, terutama yang berbasis NU.

"Ada pejabat tinggi yang menelepon gubernur-gubernur agar menyukseskan pasangan calon tertentu yang sudah mendapat restu dari 'atas," katanya. (*)