PKB di Mata NU Lebih Busuk?

Sunday, March 21, 2010

INILAH.COM, Surabaya - DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jatimmencak-mencak menanggapi pernyataan pedas dari Rois Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar dan Sekretaris PWNU Jatim Mashudi Muchtar.

Pasalnya, para kiai NU kecewa terhadap eksistensi PKB dan diwacanakan akan dilepas dari sayap politik NU saat muktamar NU ke-32 di Makassar, 22-27 Maret 2010 mendatang.

"Melihat pemberitaan media akhir-akhir ini, penting kiranya saya memberi tanggapan atas kemarahan dan kejengkelan Kiai Miftachul Akhyar, KH Mashudi Muchtar, KH Ahmad Bagdja dan KH Mutawakil Alallah. Tanggapan ini saya murni karena desakan dari kiai PKB, aktivis PKB dan warga NU lainnya yang merasa tersinggung dengan statement beliau-beliau itu," kata Ketua DPW PKB Jatim Imam Nahrawi, Jumat (19/3).

Menurut Imam, dia pernah melakukan audiensi dengan PWNU Jatim bersama seluruh anggota Fraksi PKB DPRD Jatim pada 27 Februari 2010 lalu. Ketika itu, dilaporkan semua program PKB, kerja politik anggaran fraksi DPRD Jatim, penyerahan aset PKB kepada NU, pilkada di Jatim dan pengembalian aset gedung Astranawa kepada PWNU yang sekarang dikuasai Choirul Anam yang juga ketua umum DPP PKNU.

Dalam audiensi itu, lanjut dia, dijelaskan bahwa tak ada satupun pengurus PKB yang non-NU di Jatim ini. Tak ada satupun program PKB yang keluar dari lembaga NU, bukan perorangan. Termasuk pondoknya Kiai Miftah dapat bantuan program yang diperjuangkan PKB.

"Tentang pilkada, selagi ada pengajuan calon dari PCNU, maka PKB pasti prioritaskan, seperti di Gresik, Sidoarjo, Kediri, Mojokerto, Banyuwangi, Sumenep dan daerah lainnya. Padahal, semua tahu NU bukan orpol, tapi ormas keagamaan," imbuhnya.

Imam yang saat ini menjadi anggota DPR RI ini menegaskan, pihaknya sepakat untuk menyelesaikan masalah PKB bersama PWNU lewat jalur kekeluargaan dan tidak perlu berpolemik di media massa. Dia merasakan saat ini seakan-akan PKB di mata para kiai NU itu dianggap lebih busuk daripada partai-partai lainnya.

"Mestinya kalau ada masalah, kami siap dipanggil untuk saling tabayyun (klarifikasi). Kita sesama manusia tentu tak ada yang suci dari salah dan masalah. Kita juga tahu pada pemilu 2009, PBNU dan PWNU tak pernah secara formal mendukung PKB, malah suara NU ditransaksikan ke parpol lain. Mengapa sekarang NU seakan-akan memiliki hak penuh atas PKB?" tegasnya.

Untuk diketahui, PWNU Jatim melalui Rois Syuriah KH Miftachul Akhyar menyatakan, watak dan watuknya PKB sudah tidak seperti NU lagi. Nilai-nilai yang diterapkan pun jauh dari nilai NU. Kini partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu berjalan sendiri tanpa menghiraukan NU. Visi yang dilakukan pun lebih banyak pada pragmatisme politik daripada untuk kemaslahatan umat.

Pragmastime tersebut ditunjukkan seperti ketika menjelang pemilihan kepala daerah. PKB tidak pernah mengajak komunikasi NU. Siapa calon yang bisa melindungi dan bisa memperjuangkan warga NU.

"Mereka (politisi PKB) sudah menjadi juragan. Hanya dengan memberi bantuan saja, mereka menganggap perjuangan sudah selesai. Seharusnya NU yang mengatur mereka, karena NU-lah yang memiliki saham terbesar sebagai induk PKB," tutur Kiai Miftah beberapa waktu lalu. [beritajatim.com/bar]

0 comments:

Post a Comment

banner125125 d'famous_125x125 ads_box ads_box ads_box