KRISIS KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN NU

Sunday, March 21, 2010
Forum Masyarakat Nahdliyin Yogyakarta
Terkait Seminar Nasional
KRISIS KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN NU
Menyongsong Muktamar NU ke-32 tahun 2010 di Makassar



Muktamar NU ke-32 yang diselenggarakan di Makassar pada akhir bulan Maret 2010, menjadi momen paling menentukan bagi organisasi yang mayoritas warganya adalah kaum miskin di pedesaan, kaum buruh kecil, TKI-TKW, petani kecil, komunitas-komunitas langgar kecil di tanah air, komunitas-komunitas anak muda, dan komunitas-komunitas pesantren.

Muktamar kali ini sangat menentukan, karena organisasi NU saat ini berada dalam situasi dilematis: satu sisi masyarakat bawah NU yang miskin dan jumlahnya terbesar belum merasakan hasil nyata dari usaha-usaha NU, baik dari sisi agenda-agenda kerakyatan atau agenda-agenda berdimensi kebangsaan yang menyentuh pada keberpihakan kaum bawah NU dan keadilan sosial; dan di sisi lain, kondisi sosial saat ini, yang dicirikan oleh liberalisasi ekonomi, pasar bebas, dan bahkan sudah menyentuh ke desa-desa, benar-benar akan menggerus nasib masyarakat bawah NU.

Pada saat yang sama, elit-elit NU lebih fokus pada dimensi politik praktis semisal pilkada dan terlibat dalam dukung mendukung dalam kegiatan politik praktis yang sebenarnya menjadi wilayah partai politik. Padahal NU telah digariskan berada dalam Khittahnya sebagai jam’iyah diniyah ijtimaiyah. Sebagai jam’iyah diniyah ijtimaiyah ini, NU semestinya bergerak di level isu-isu kerakyatan dan kebangsaan, bukan berperan sebagai partai politik. Karena kalau ingin berperan di wilayah itu, lebih baik masuk di partai poltik.

Sementara level dimensi internal, menjelang Muktamar, di pertemuan-pertemuan kalangan NU, lebih diramaikan oleh isu kandidat Islam liberal yang dialamatkan dan distigmakan kepada kandidat-kandidat yang selama ini kritis di NU; dan kelompok ultra liberal yang menjadikan jabatan di NU ditarik-tarik ke politik praktis tanpa mau mengundurkan diri, dukung mendukung kekuasaan, dan sejenisnya. Kami melihat isu-isu ini permainan elit, dan kami menandaskan semua ini adalah minus kaum bawah NU dan minus kepekaan mendalam terhadap persoalan-persoalan riil kaum bawah NU.

Atas dasar itulah, kami dari “Forum Masyarakat Nahdliyin Yogyakarta”, mendesak agar Muktamar NU bisa menelorkan keputusan-keputusuan yang bermanfaat bagi masyarakat NU dan bagi pengembangan organisasi NU ke depan:

· Peserta muktamar, perlu menelorkan dan mendukung agenda-agenda berdimensi kerakyatan dan kebangsaan yang menjadi problem riil masyarakat NU.

· Peserta muktamar, perlu memilih kepemimpinan yang tidak memiliki cacat moral dan mencederai Khittah NU, yang memiliki track record hanya menggunakan NU untuk dukung mendukung kepentingan sesaat; Apalagi untuk jabatan Rais Am, akan sangat menghina NU dan kaum masyarakat NU secara keseluruhan kalau Rais Am dipilih mereka yang memiliki cacat moral dan tranc record justru menghancurkan khittah NU dan menjadikan NU hanya sekadar untuk dukungan ke politik praktis.

· Muktamar NU jangan dikotori oleh jual beli suara, karena bukan hanya akan mencederai, mengotori, dan menjungkirbalikkan nilai-nilai pesantren tentang keikhlasan, pantangan risywah, dan sejenisnya, tetapi juga akan menhancurkan kewibawaan ulama, dan karenanya menghancurkan NU sendiri.
Perlu pembenahan manajemen NU sebagai gerakan kolektif, bukan berpola manajemen individu, dan ini menggariskan perlunya transparansi keuangan NU kepada publik NU.

0 comments:

Post a Comment

banner125125 d'famous_125x125 ads_box ads_box ads_box