NU Harus Bisa Jadi 'Rumah' Pemberdayaan Umat

Thursday, March 18, 2010
Rabu, 03 Maret 2010, 14:59 WIB
SURABAYA--Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof Nur Syam menaruh kepedulian besar terhadap Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-32 yang akan berlangsung di Makasar pada 22-27 Maret mendatang. Menurutnya, perhelatan akbar warga nahdliyin itu harus bisa mengembalikan NU sebagai 'rumah' pemberdayaan umat. Karena itu, pemimpin NU ke depan dituntut melakukan gerakan organisasi yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan warga NU secara menyeluruh.

Menurut dia, selama ini arah gerakan pimpinan NU cenderung elitis. hal itu bisa disimak dari perjalanan NU sejak era kepemimpinan KH Idham Cholid. "Mobilitas politik sudah dilakukan oleh KH Idham Cholid, sehingga beliau disebut sebagai guru politik orang-orang NU. Mobilitas intelektual sudah dilakukan oleh Gus Dur sehingga beliau disebut sebagai penarik gerbong neo-modernisasi NU. Dan KH Hasyim Muzadi juga tidak kalah hebat sebagai penarik gerbong internasionalisasi NU melalui pesan Islam rahmatan lil alamin," paparnya kepada wartawan di Surabaya, kemarin.

Ke depan, kata Nur Syam, gerbong NU mesti ditarik ke arah populisme, yaitu ke arah pemberdayaan NU dalam relasinya dengan warga NU. Sebab, selama ini rumah NU ternyata banyak digunakan oleh orang lain untuk berkiprah di dalamnya. Banyak aset ekonomi, sosial, dan budaya yang dijadikan sebagai miliknya.

"Betapa sayangnya kalau aset ekonomi orang NU malah dijadikan sebagai sumber daya ekonomi oleh organisasi yang lain. Sementara NU sendiri tidak melakukan gerakan yang mengarah kepada pemberdayaan umat melalui, misalnya, gerakan pengumpulan dana untuk pemberdayaan masyarakat," tutur Nur Syam.

Gus Dur dan Hasyim Muzadi, lanjut dia, sebenarnya juga pernah mencoba membangun jaringan pengembangan aset ekonomi NU. Misalnya, dalam kerjasamanya dengan Bank Summa, yaitu untuk mendirikan Bank Nusumma. Namun, implementasinya masih belum memenuhi harapan. Demikian pula program kerja sama dengan perusahaan-perusahaan juga tertatih-tatih dalam implementasi di lapangan.

"Memanfaatkan sumber daya ekonomi eksternal memang bagus. Akan tetapi, pemanfaatan sumber daya ekonomi internal NU juga sangat diperlukan. Bukankah masih banyak sumber daya ekonomi NU yang masih perlu direaktualisasikan?," ucapnya.

Menurut Nur Syam, NU harus tetap memiliki kiprah dalam program seperti ini. Jangan sampai kemudian pemanfaatan aset ekonomi tersebut selalu berada dalam kawasan segmented sehingga gerakan NU dalam pemberdayaan hampir tidak pernah terdengar.

NU sudah memiliki semuanya. Modalitas ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Modalitas sosial dan budaya sudah komplementer dengan kehidupan umat. Modalitas politik juga sudah menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dalam kancah perpolitikan nasional. Demikian pula modalitas jaringan sosial internasional yang telah terbangun selama ini. Itu sebabnya, ke depan, yang sangat penting adalah pemanfaatan modalitas ekonomi untuk pemberdayaan umat.

"Kita tidak ingin warga NU menjadi sumber daya ekonomi orang lain, sementara warga NU kurang memperoleh reward secara masif dari modalitas ekonomi yang dikeluarkannya itu. Pemimpin NU mendatang harus dipilih orang yang memiliki komitmen untuk mereaktualisasikan modalitas ekonomi warga NU untuk kepentingan Islam dan, khususnya, warga NU sendiri," ujarnya.

Sementara itu, PWNU Jatim bakal merekomendasi dukungan terhadap satu nama calon ketua PBNU pada 8 Maret mendatang. Putusan ini akan diambil melalui musyawarah kerja wilayah khusus (mukerwilsus) yang digelar di Asrama Haji, pekan depan. "Kami berharap hasil muskerwilsus menghasilkan satu nama yang akan didukung Jatim pada Muktamar NU ke 32," kata Rois Syuriah PWNU Jatim KH Miftaqul Akhyar, kemarin.

Sehingga diharapkan pada muktamar yang akan digelar di Makasar pada 21 hingga 26 Maret mendatang, PW NU Jatim yang memiliki 45 suara bisa mendukung salah satu calon ketua PBNU yang memiliki kemauan dan kemampuan membangun NU.

Terlepas arah putusan PWNU, saat ini sejumlah kandidat ketua umum PBNU yang sudah mencuat ke permukaan. Di antaranya KH Said Agil Siradj (ketua), KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah/mantan ketua), Prof KH Ali Maschan Moesa, MSi (mantan Ketua PWNU Jatim), Masdar F Mas’udi (ketua), Achmad Bagdja (ketua), Slamet Effendy Yusuf, dan Ulil Abshar Abdalla (aktivis Jaringan Islam Liberal).

Sementara itu, Ketua Pelaksana Serasehan Nasional NU dalam Rangka Pra Muktamar ke 32 dr Hamid Nawawi SpA mengatakan, tujuan digelarnya serasehan tidak lain untuk membahas bagaimana mengelola seluruh aset NU dengan baik. Sehingga, NU bisa besar tidak hanya dalam segi kuantitas tetapi juga kualitas di seluruh substansi yang dimiliki NU.

0 comments:

Post a Comment

banner125125 d'famous_125x125 ads_box ads_box ads_box